Breaking News

Harimau Sumatera yang Diduga Mangsa Warga di Lampung Mati, Diduga Akibat Benturan Keras

Lampung Barat – Kabar duka menyelimuti upaya konservasi di Lampung. Harimau Sumatera jantan yang diberi ID Bakas (13 RL Male), yang sebelumnya ditangkap setelah diduga terlibat konflik dengan manusia di Lampung Barat, dilaporkan mati pada Jumat (7/11) setelah 12 hari berada dalam penanganan.

Kematian satwa langka dan dilindungi ini dikonfirmasi oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) setempat. Hasil autopsi mengungkapkan penyebab kematian tragis ini.

Kronologi dan Penyebab Kematian

Kepala BBKSDA melalui keterangan pers menjelaskan bahwa Bakas, yang dikenal memiliki sifat sangat agresif, meninggal dunia saat proses pemindahan menuju kandang perawatan di Lembaga Konservasi (LK) Lembah Hijau Lampung.

"Berdasarkan hasil bedah bangkai oleh tim dokter hewan, penyebab kematian harimau ini adalah pendarahan hebat pada otak yang disebabkan oleh benturan benda tumpul," ujar perwakilan BBKSDA.

Insiden fatal tersebut terjadi ketika harimau tersebut berulang kali membenturkan kepalanya dengan keras ke dinding dan pintu kandang angkut. Pada benturan ketiga yang terjadi sangat keras, harimau tersebut dilaporkan terjatuh, mengalami kejang, dan kemudian dinyatakan meninggal karena brain death (kematian otak).

Konflik dan Kondisi Awal Harimau

Harimau Bakas sebelumnya menjadi sorotan publik setelah diduga memangsa seorang warga dan berhasil ditangkap menggunakan kandang jebak di Pekon Sukabumi, Kecamatan Batu Brak, Lampung Barat, pada Rabu (29/10).

Saat ditangkap, harimau tersebut sudah membawa luka bawaan, termasuk bekas ikatan melingkar pada pinggang serta cacat hilangnya dua jari pada kaki kanan depannya. Harimau sempat menjalani perawatan awal di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Lampung sebelum rencana pemindahannya ke LK Lembah Hijau.

Sorotan pada Kerusakan Habitat

Kematian harimau Bakas kembali memicu perhatian serius dari pegiat lingkungan. Mereka menyoroti bahwa insiden konflik manusia dan harimau yang terus berulang adalah dampak langsung dari kerusakan dan penyempitan habitat alami Harimau Sumatera.

"Kematian ini adalah kerugian besar bagi upaya konservasi. Kita harus melihat akar masalahnya, yaitu masifnya perambahan liar dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan yang membuat satwa terdesak dan masuk ke permukiman," kata salah seorang aktivis lingkungan.

Pihak berwenang dan lembaga konservasi berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur penanganan satwa liar pasca-konflik untuk mencegah insiden serupa terulang di masa mendatang.

0 Komentar

Advertisement

Type and hit Enter to search

Close