Jakarta, 7 November 2025 – Nilai tukar Rupiah menunjukkan tren penguatan dan berhasil ditutup stabil di kisaran level Rp16.700-an per Dolar Amerika Serikat pada penutupan perdagangan pekan lalu. Penguatan ini didorong oleh sentimen positif domestik dan respons pasar terhadap data ekonomi Amerika Serikat yang memunculkan spekulasi baru mengenai kebijakan moneter The Fed.
PDB Indonesia Jadi Penyangga Utama
Kekuatan Rupiah ditopang oleh rilis data fundamental ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) Triwulan III 2025 mencapai 5,04% secara tahunan (year-on-year).
"Angka PDB yang solid ini menegaskan ketahanan ekonomi domestik, terutama dari sektor konsumsi rumah tangga yang tetap menjadi penopang utama," ujar seorang ekonom dari lembaga riset di Jakarta.
Data ini memberikan kepercayaan diri kepada investor asing, yang kemudian meningkatkan permintaan terhadap aset-aset berdenominasi Rupiah, seperti Surat Utang Negara (SUN) dan saham-saham unggulan.
Dolar AS Melemah Akibat Data Ketenagakerjaan
Selain faktor domestik, faktor global juga berperan signifikan dalam meredam tekanan terhadap Rupiah. Pasar valuta asing global bereaksi terhadap data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang menunjukkan tanda-tanda pendinginan, termasuk peningkatan angka pengangguran dan perlambatan penciptaan lapangan kerja baru.
Perkembangan ini memperkuat ekspektasi di kalangan investor bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menempuh langkah pelonggaran kebijakan moneter—atau setidaknya mempertahankan suku bunga—lebih awal dari yang diproyeksikan sebelumnya.
"Ketika pasar mencium adanya kemungkinan The Fed akan menahan atau memangkas suku bunga, minat terhadap Dolar AS melemah. Kondisi ini secara alami memberikan ruang bernapas bagi mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, untuk menguat," tambah analis tersebut.
Menanti Kebijakan Bank Indonesia (BI)
Meskipun Rupiah menguat, Bank Indonesia (BI) diprediksi akan tetap berhati-hati dalam menentukan kebijakan suku bunga acuannya (BI-Rate). Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga di level 4,75% pada RDG terakhir diyakini merupakan langkah stabilisasi yang krusial untuk menghadapi volatilitas global.
Para pelaku pasar kini menantikan sinyal lebih lanjut dari otoritas moneter Indonesia dan perkembangan ekonomi global, yang akan menentukan arah pergerakan Rupiah pada pekan perdagangan selanjutnya.

0 Komentar